Kamis, 25 Juli 2013

Panduan Umroh Untuk Anda



Sebelumnya telah kita kaji bersama mengenai beberapa hal yang mesti dipersiapkan sebelum melakukan safar. Saat ini kita akan melanjutkan bagaimanakah tuntunan yang bisa diamalkan ketika di perjalanan atau ketika safar. Semoga perjalanan mudik kita semakin berkah dengan mengamalkan tips berikut ini.

Membaca Do’a Ketika Naik Kendaraan
1. Ketika menaikkan kaki di atas kendaraan hendaklah seorang musafir membaca, “Bismillah, bismillah, bismillah”. Ketika sudah berada di atas kendaraan, hendaknya mengucapkan, “Alhamdulillah”. Lalu membaca,
سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ
“Subhanalladzi sakh-khoro lanaa hadza wa maa kunna  lahu muqriniin. Wa inna ilaa robbina lamun-qolibuun
(Maha Suci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami)

2. Kemudian mengucapkan, “Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah”. Lalu mengucapkan, “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.” Setelah itu membaca,
سُبْحَانَكَ إِنِّى قَدْ ظَلَمْتُ نَفْسِى فَاغْفِرْ لِى فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ
Subhaanaka inni qod zholamtu nafsii, faghfirlii fa-innahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta
(Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku telah menzholimi diriku sendiri, maka ampunilah aku karena tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau).

Membaca Do’a dan Dzikir Safar
Jika sudah berada di atas kendaraan untuk melakukan perjalanan, hendaklah mengucapkan, “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.” Setelah itu membaca,
سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِى سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِعَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِى الأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِى الْمَالِ وَالأَهْلِ
“(Mahasuci Allah yang telah menundukkan untuk kami kendaraan ini, padahal kami sebelumnya tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya, dan sesungguhnya hanya kepada Rabb kami, kami akan kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan, taqwa dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini. Ya Allah mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan keluarga)


Panduan Umroh Untuk Anda Sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah
1. Ketika berada di miqat berniatlah ihram untuk melakukan umrah dengan mengatakan:
لَبَّيْكَ عُمْرَةً
“Kusambut panggilan-Mu untuk melakukan umrah. ”
Kemudian dilanjutkan dengan ucapan talbiyah:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ
وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
“Kusambut panggilan-Mu Ya Allah, kusambut panggilan-Mu tiada sekutu bagi-Mu, kusambut panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian, nikmat dan kerajaan hanyalah milik-Mu tiada sekutu bagi-Mu. ”
Perbanyaklah bacaan talbiyah (umrah) ini dengan suara yang lantang1 sepanjang perjalanan ke Makkah, dan berhentilah dari talbiyah ketika menjelang thawaf. Hindarilah talbiyah secara bersama-sama (berjamaah), karena yang demikian itu tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya radhiyallahu ‘anhum.
Di antara hal-hal yang harus diperhatikan ketika berihram adalah sebagai berikut:
·         Menjalankan segala apa yang telah diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti shalat lima waktu dan kewajiban-kewajiban yang lainnya.
·         Meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di antaranya; kesyirikan, perkataan kotor, kefasikan, berdebat dengan kebatilan, dan kemaksiatan lainnya.
·          Tidak boleh mencabut rambut atau pun kuku, namun tidak mengapa bila rontok atau terkelupas tanpa sengaja.
·         Tidak boleh mengenakan wewangian baik pada tubuh ataupun kain ihram. Dan tidak mengapa adanya bekas wewangian yang dikenakan sebelum melafazhkan niat ihram.
 Tidak boleh berburu atau pun membantu orang yang berburu.
·         Tidak boleh mencabut tanaman yang ada di tanah suci, tidak boleh meminang wanita, menikah, atau pun menikahkan.
·         Tidak boleh menutup kepala dengan sesuatu yang menyentuh (kepala tersebut) dan tidak mengapa untuk memakai payung, berada di bawah pohon, ataupun atap kendaraan.
 Tidak boleh memakai pakaian yang sisi-sisinya melingkupi tubuh (baju, kaos), imamah (sorban), celana, dan lain sebagainya.
·         Diperbolehkan untuk memakai sandal, cincin, kacamata, walkman, jam tangan, sabuk, dan tas yang digunakan untuk menyimpan uang, data penting dan yang lainnya.
·         Diperbolehkan juga untuk mengganti kain yangq dipakai atau mencucinya, sebagaimana pula diperbolehkan membasuh kepala dan anggota tubuh lainnya.
·         Tidak boleh (bagi yang sudah berniat haji) melewati miqatnya dalam keadaan tidak mengenakan pakaian ihram.

Apabila larangan-larangan ihram tersebut dilanggar, maka dikenakan dam (denda) dengan menyembelih hewan kurban (seekor kambing/sepertujuh unta/sepertujuh sapi).
2. Bila telah tiba di Makkah (di Masjidil Haram) maka pastikan telah bersuci dari hadats (sebagai syarat thawaf, menurut madzhab yang kami pilih).
3. Lalu selempangkanlah pakaian atas ke bawah ketiak kanan, dengan menjadikan pundak kanan terbuka dan pundak kiri tetap tertutup.
4. Kemudian lakukanlah thawaf sebanyak 7 putaran. Dimulai dari Hajar Aswad dengan memosisikan Ka’bah di sebelah kiri anda, sambil mengucapkan “Bismillahi Allahu Akbar.

Dari Hajar Aswad sampai ke Hajar Aswad lagi, terhitung 1 putaran.
Disunnahkan berlari-lari kecil (raml) pada putaran ke-1 hingga ke-3 pada thawaf qudum.
Disunnahkan pula setiap kali mengakhiri putaran (ketika berada di antara 2 rukun: Yamani dan Hajar Aswad) untuk membaca:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً
فِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَ
 “Ya Allah, limpahkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan juga kebaikan di akhirat, serta jagalah kami dari adzab api neraka. ”
·         Disunnahkan pula setiap kali tiba di Hajar Aswad untuk mencium atau memegangnya lalu mencium tangan yang digunakan untuk memegang tersebut, atau pun berisyarat saja dengan tangan (tanpa dicium), sambil mengucapkan: “Allahu Akbar” atau “Bismillahi Allahu Akbar”.
·         Disunnahkan pula setiap kali tiba di Rukun Yamani untuk menyentuh/mengusapnya tanpa dicium dan tanpa bertakbir. Dan bila tidak dapat mengusapnya maka tidak disyariatkan mengusapnya.
·         Bila terjadi keraguan tentang jumlah putaran Thawaf, maka ambillah hitungan yang paling sedikit.
5. Seusai Thawaf, tutuplah kembali pundak kanan dengan pakaian atas anda, kemudian lakukanlah shalat dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim (tempat berdirinya Nabi Ibrahim ketika membangun Ka’bah) walaupun agak jauh darinya. Dan bila kesulitan (tidak memungkinkan) mendapatkan tempat di belakang Maqam Ibrahim maka tidak mengapa shalat di bagian mana saja dari Masjidil Haram. Disunnahkan pada rakaat pertama membaca surat Al-Fatihah dan Al-Kafirun, sedangkan pada rakaat kedua membaca surat Al-Fatihah dan Al-Ikhlash.
6. Kemudian minumlah air zam-zam dan siramkan sebagiannya pada kepala.
7. Lalu ciumlah/peganglah Hajar Aswad bila memungkinkan, dan tidak dituntunkan untuk berisyarat kepadanya.
8. Setelah itu pergilah ke bukit Shafa untuk bersa’i. Setiba di Shafa bacalah:
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِن شَعَائِرِاللهِ
 “Sesungguhnya Shafa dan Marwah itu termasuk dari syi’ar-syi’ar Allah. ” (Al-Baqarah: 158)
أَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللهُ بِهِ
“Aku memulai (Sa’i) dengan apa yang dimulai oleh Allah (yakni Shafa dahulu kemudian Marwah, pen. ). ”
9. Kemudian menghadaplah ke arah Ka’bah (dalam keadaan posisi masih di Shafa), lalu ucapkanlah:
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ
 “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah tiada sekutu bagi-Nya, hanya milik-Nya segala kerajaan dan pujian, Dzat yang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan serta Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah semata, yang telah menepati janji-Nya, memenangkan hamba-Nya dan menghancurkan orang-orang bala tentara kafir tanpa bantuan siapa pun. ”
Ini dibaca sebanyak 3 kali. Setiap kali selesai dari salah satunya, disunnahkan untuk berdoa memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala segala apa yang kita inginkan.
10. Setelah itu berangkatlah menuju Shofa, dan ketika lewat di antara dua tanda hijau percepatlah jalan anda lebih dari biasanya. Setiba di Marwah lakukanlah seperti apa yang dilakukan di Shafa (sebagaimana yang terdapat pada point ke-11 di atas). Dengan demikian telah terhitung satu putaran. Lakukanlah yang seperti ini sebanyak 7 kali (dimulai dari Shafa dan diakhiri di Marwah).
11. Seusai Sa’i, lakukanlah tahallul dengan mencukur rambut kepala secara merata (bagi pria) dan bagi wanita dengan memotong sepanjang ruas jari dari rambut yang telah disatukan. Dengan bertahallul semacam ini, maka anda telah menunaikan ibadah umrah dan diperbolehkan bagi anda segala sesuatu dari mahzhuratil Ihram (hal-hal yang dilarang ketika berihram). /**

إفتتاح جسر المطاف المؤقت لذوي الاحتياجات الخاص


Jumat, 19 Juli 2013

Alasan Masjidil Haram Direnovasi

Widi Agustian - Okezone
JAKARTA - Kabar membanggakan datang dari perusahaan Indonesia, PT Waskita Karya Tbk (WSKT), yang ikut serta dalam renovasi Masjidil Haram di Makkah.

Sebenarnya, apa alasan Pemerintah Arab Saudi melakukan renovasi Masjidil Haram tersebut?

Seperti dilansir dari laman Setkab, Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan, renovasi Masjidil Haram di Arab Saudi baru akan selesai pada 2016, karena  dirombak secara besar-besaran untuk meningkatkan kapasitas tampung jamaah yang melakukan tawaf.

"Renovasi Masjidil Haram itu renovasi besar," terang Suryadharma Ali.

Renovasi tersebut, tambah Menag, juga dimaksudkan untuk memperindah Masjidil Haram dengan mengurangi sekira 40 persen tiang-tiang yang selama ini ada. (nia)
http://property.okezone.com/read/2013/07/17/471/838315/alasan-masjidil-haram-direnovasi 

Senin, 08 Juli 2013

Menag: Awal Ramadan Jatuh Pada Rabu 10 Juli 2013

Senin, 08/07/2013 19:28 WIB
Bagus Prihantoro Nugroho - detikRamadan

Jakarta - Setelah pemantauan hilal dilakukan di sejumlah titik di Indonesia, pemerintah akhirnya menetapkan 1 Ramadan 1434 H jatuh pada Rabu, 10 Juli 2013. Sejumlah ormas Islam yang hadir dalam sidang isbat tidak berbeda pendapat terkait hasil pemantauan hilal dan penetapan awal Ramadan.

"Dengan demikian, dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahiim, kami tetapkan 1 Ramadan 1434 H adalah bertepatan dengan hari Rabu 10 Juli 2013," ujar Menteri Agama Suryadarma Ali dalam jumpa pers usai sidang isbat di Kantor Kemenag, Jalan MH Thamrin, Senin (8/7/2013).

Suryadharma memutuskan hal itu setelah mendengar pandangan dari sejumlah ormas Islam yang hadir sidang isbat.

Sebelumnya, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Binmas), Kementerian Agama, Mukhtar Ali membacakan laporan pengamatan hilal dari 33 wilayah di Indonesia.

"Semua nama-nama tersebut di atas dari 33 wilayah tidak melihat hilal," ujar Mukhtar.

Titik lokasi pemantauan antara lain Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Gorontalo, Sultengara, Sulut, Sultengah, NTT, Bali, NTB, Sulsel, Mamuju, Kaltengah, Kaltim, Kalbar, Kaltim, Kalsel, Jatim, DIY, Jateng, hingga Aceh.

Sidang ini dihadiri pejabat Kementerian Agama, Ketua MUI KH Ma'ruf Amin, Pimpinan Komisi VIII DPR, Pimpinan MA, Polri dan TNI, dan beberapa dubes dari negara sahabat. Sementara perwakilan ormas Islam yang hadir antara lain ICMI, MUI, PBNU, PITI, Wahdah Islamiyah, Robithoh Alawiyah, Lembaga Persahabatan Ormas Islam, IKADI, Sarekat Islam, Al Ittihadiyah, Persis, PUI, Perhimpunan Al-Irsyad, dan Al-Washliyah.

Petang Ini, Hilal Tak Terlihat di Solo

Senin, 08/07/2013 19:35 WIB
Muchus Budi R. - detikNews

Solo - Tim pengamatan yang diturunkan di Solo memastikan tidak melihat hilal (bulan muda) terbit di Solo, Senin (8/7/2013) petang. Hasil tersebut dilaporkan ke Kementerian Agama untuk bahan pertimbangan sidang itsbat malam ini.

Pengamatan hilal di wilayah Surakarta tahun ini dipusatkan di Observatorium Ponpes Modern Assalam, Pabelan, Sukoharjo. Pegamatan itu diikuti petugas Kantor Kemenag dari seluruh wilayah eks Karesidenan Surakarta, perwakilan pesantren dan juga masyarakat umum. Pengamatan itu merupakan salah satu dari 22 titik pengamatan yang dilakukan di seluruh Indonesia.

Dengan hasil pengamatan tim tidak melihat hilal. Pengasuh Observatorium Pondok Pesantren Modern Assalam, AR Sugeng Riyadi, menegaskan hasil tersebut akan langsung dilaporkan ke Kantor Kemenag di Jakarta untuk bahan pertimbangan sidang itsbat penentuan awal puasa yang dilakukan malam ini.

"Kemungkinan teman-teman yang melakukan pengamatan di lokasi lain juga belum melihat hilal petang ini. Dengan begitu kemungkinan bulan Sya'ban akan digenapkan hingga esok hari. Sedangkan untuk penentuan hari 1 Ramadan kami perkirakan akan jatuh pada hari Rabu," papar Sugeng Riyadi, Senin (8/7/2013) petang.

Sugeng mengatakan sesuai penghitungan secara teoritis memang ketinggian hilal pada petang hari ini masih dibawah setengah derajat dan tidak akan bisa dilihat. Demikian pula ketinggian hilan di Solo belum tampak dengan mata walapun matahari belum terbenam, karena posisi hilal sudah menyentuh Gunung Merbabu.